Hebatnya pacar gue itu, dia selalu ingin memperbaiki dirinya. Setelah dapet banyak feedback tentang ke-introvertan-nya (terutama dari gue sih, hehe), ternyata dia jadi sering baca-baca online artikel tentang introvertism dan trik-trik bergaul dan berkomunikasi.
Suatu hari gue pun menemukan tumpukan artikel yang dia telah baca. Dalam rangka ingin lebih mengerti pacar gue jadi ikutan baca juga. Tapi heran, kok gue gak suka sama apa yang gue baca. Mungkin karena artikel-artikel tentang introvertism itu pada umumnya ditulis sama orang-orang introvert juga, jadi isinya lebih banyak berkisar tentang betapa uniknya kaum introvert (yang, btw, cuma minoritas kalo dibandingkan sama populasi ekstrovert di dunia ini), dan bagaimana mereka selalu disalahmengertikan oleh orang-orang ekstrovert.
Kata artikelnya lagi "mudah bagi introvert untuk mengerti orang yang ekstrovert, tapi tidak sebaliknya. Sangat sulit bagi orang ekstrovert untuk mengerti apa yang dirasakan oleh kaum introvert"
Loh, loh...kenapa artikel-artikelnya malah jadi ajang narsisari orang-orang introvert. Introvert itu unik, introvert butuh dimengerti, blablablabla,...
Tapi mungkin yang bikin gue ngerasa sangat terganggu adalah menerima kenyataan kalo orang-orang introvert itu memang beda dan punya kebutuhan yang berlainan dari orang-orang ekstrovert. Orang ekstrovert yang katanya mendominasi populasi dunia itu loh.
Sulit banget bagi gue untuk ngerti kenapa pacar gue suka butuh waktu untuk sendiri, apalagi kalo lagi capek. Katanya untuk merefresh energi. Kalo mau sendiri dari orang lain sih gak papa...tapi gue loh...gue...pacar loe!! Haloooooooooooooo?????? Kebalikannya di gue, the greatness of being in a relationship is being together. Kalo perlu all the time deh.
Aneh banget bagi gue ngeliat dia yang diam, merenung dan mengawang-ngawang dengan muka bertekuk, mata sendu dan dahi berkerut tapi diam seribu bahasa kalo lagi punya masalah. Sementara gue tipe yang langsung mencari kuping nganggur yang bisa gue curhatin, tentunya dengan emosi yang meledak-ledak dan cerita yang didramatisir sejadi-jadinya.
Susah banget nerima dia yang selalu bilang "gak ada apa-apa, lagi pengen diem aja" sementara bagi gue kalo orang diem JELAS berarti dia punya MASALAH!!!!
Lebih aneh lagi nih, menurut artikel yang gue baca dan menurut pengakuan pacar juga, "kalo orang introvert sedang diem, mengertilah bahwa dia sedang punya masalah dan perlu memikirkannya sendiri dulu. Jangan sekali-kali tanyakan padanya 'Are you allright?'. Just let him be alone." Dan yang lebih parah lagi (katanya), jangan pernah memaksa seorang introvert untuk berbicara. Introverts are quiet people, they don't say alot and they don't express themselves with words.
KOK BISA???
BAGAIMANA MUNGKIN?????
Wahai orang-orang introvert, ingatkah kalian pada anggota tubuh yang bernama mulut?
Sementara gue, temen-temen gue, mantan-mantan pacar dulu, tokoh-tokoh cerita di buku, komik, sinetron dan film-film, pada umumnya merasa nyaman, damai, tentram atau bahkan terselamatkan mendengar the magic words itu.
"Are you allright? Is there anything I can do to ease your burden?"
Ketika pelukan, belaian, dan kata-kata manis bisa meringankan hati orang-orang yang bermasalah, orang-orang introvert malah (katanya) terganggu sama hal-hal tersebut.
GILA APA YA????????????
Yah, mungkin itu yang bikin gue sebel baca setumpuk artikel tentang introvert itu. Gue kaget kalo ternyata hal-hal yang gue lakukan dengan penuh niat baik itu ternyata malah dianggap gak berguna bahkan potensial jadi gangguan.
Tadinya gue berharap membaca artikel yang isinya kurang lebih "How to be more extrovert" atau "Hey, introvert, be more sociable like the rest of the world, will ya?." Taunya gue harus menghadapi kenyataan kalo rupanya gue yang perlu meng-adjust behavior gue untuk sekelompok orang yang katanya unik ini. Dan gue kasih tau aja, gak mudah loh buat mengubah tingkah laku yang udah mendarah-daging selama bertahun-tahun. Gak mudah juga untuk membiasakan diri menerima perlakuan yang loe anggap aneh dan gak sesuai dengan pandangan, value dan harapan loe.
"Eh, kamu lebih milih sendirian daripada ama aku?""Eh, aku udah jungkir balik nih bikin mie ayam jamur bakso tahu pangsit kuah buat kamu. Pujian kamu masih kurang panjang. Paling gak 3 paragraf lagi.""Aduuuhh saaaaaay,.....aku kan lagi ngambek nih!!! Udah dari tadi lho, kok belum dibujuk-bujuk juga sih????" (Jawaban doi pasti:
Oh, maaf,...aku kira kamu lagi pengen sendiri. Makanya aku diemin" ---> TET TOT!!! Jawaban Anda Salah! Gak mungkin laaahhh gue butuh didiemin. Gue butuh ditanya-tanyain, butuh dirayu-rayu, dipeluk-peluk, dimanja-manja gitu looohhhhh)
Nah-nah liat kan? Aksi-reaksinya suka gak pas. Jadi kalo orang bilang yang namanya perbedaan itu untuk saling melengkapi, gue harus mengakui kalo perbedaan itu juga bikin repoooooooott.
Tapi disitulah keluar kata kompromi kan? Emang gak mudah, dan gak selalu dikerjain dengan rela hati sih. Seringnya mah gue kerjain karena emang terpaksa...karena gak ada jalan lain, hihihihihih. Tapi jelas gue rela beradaptasi, jelas gue rela merubah sikap-sikap gue, jelas gue mau kompromi. Kenapa? Karena gue tau dia juga berusaha untuk melakukan hal yang sama. Gue yang merasa normal inipun kalo diliat dari kacamata seorang introvert pastinya terlihat aneh juga.
Walaupun pacar gue masih suka ketiduran kalo gue lagi cerita, atau perlahan-lahan lost-track ama omongan gue yang emang kadang suka terlalu panjang ini, tapi paling gak daya retensinya makin lama makin panjang.
Kalo dulu kata-kata favoritenya dia "Gak tau, gak bisa dijelasin", sekarang dia lebih bisa menggunakan kata-kata untuk mengekspresikan dirinya. Kemaren gue seneng banget waktu dia ngomong "Aku gak suka karena ini, itu dan anu, karena aku jadi ngerasa begini dan begitu" ketimbang dulu waktu dia cuma ngomong "Yah gak suka aja...susah jelasin kenapanya". Haaahh...lega gitu loh rasanya kalo kita bisa tau apa maksud orang lain tanpa harus sibuk main aksara bermakna dulu.
Gue sendiri gimana? Udah berubah sejauh apa?
Hmmmmhh....gak tau juga yah.
Gue masih suka sebel kalo dia udah mulai masuk privacy time nya.
Gue masih sering penasaran kalo dia sunyi senyap dengan muka resahnya.
Dan gue malah jadi suka ngasih kuis-kuis dadakan untuk ngecek apakah dia mendengarkan semua cerita gue atau gak.
Tapi jelaslah gue berusaha,
berusaha untuk lebih mengerti kebutuhan kaum introvert ini, kaum yang katanya unik dan jumlahnya sedikit ini. Yah, intinya sih, mau introvert, ekstrovert, wasaivet atau apapun...asalkan untuk orang yang loe anggap the one and only dalam hidup loe, apa sih yang gak??? Ceileeeeeeeee,......